Sabtu, 03 Maret 2012

Aku.

Ini kah yang harus aku terima? Ini kah yang sebenarnya?
Aku hidup dengan 4 orang dalam satu rumah. Papah, mamah, kakak dan abang. Sekarang aku berumur kurang dari 17 tahun. Aku seorang siswi SMA swasta di Bandung. Aku sangat senang dengan yang berbau seni, terutama seni lukis dan seni peran. Awalnya cita-citaku sama halnya dengan anak SD lainnya yaitu menjadi dokter. Namun, kalau aku menjadi seorang dokter apakah bisa? Melihat darah dan peralatan dokter terutama suntikan saja aku sudah lemas. Akhirnya aku beralih cita-cita menjadi arsitek, mengapa ingin menjadi arsitek? Karena aku ingin membangun tempat tinggal yang nyaman untuk mamah papah kelak, dan juga keluarga kecilku nanti. Dan sekarang cita-citaku bertambah, aku ingin menjadi seorang aktris dan artist(seniman).
Aku sangat suka dengan menggambar, dan obsesi aku itu menjadi seorang seniman, bukan hanya obsesi tapi cita-cita. Dan aku tau, mamah papah memang kurang setuju dengan keputusanku untuk menjadi seorang seniman. Entah apa alasannya.
Aku hanya butuh ketenangan, kedamaian dan kebebasan. Dan aku hanya bisa merasakan itu semua kalau aku sedang melukis, menumpahkan semua isi hati di kertas dengan gambaran dan menumpahkan semua isi hati kalau sedang latihan kabaret(olah sukma). Terkadang saat itu aku bisa menangis, marah-marah dan senang.
Aku cukup lelah dengan semua ini, aku cukup lelah menjadi seorang anak yang pembohong. Pembohong dihadapan semua orang. Menjadi seorang anak yang selalu ceria dimana hatinya tak pernah ceria. Memendamkan perasaan yang sama sekali tidak enak.
Aku lelah dengan tiap hari harus mendengarkan semua debatan kalian. Telingaku capek tiap hari harus mendengar kalian berantem, rasanya ingin sekali aku kabur atau mungkin bunuh diri agar kalian tau kalau anak kalian sedang menyaksikan apa yang seharusnya tidak dilihat, kalian berantem depanku. Aku punya bathin, dan aku bisa merasakan kalau kalian berantem.
Dan aku tidak bisa terima disaat aku dibandingkan dengan kakak apa lagi orang lain. Ini aku! Aku bukan dia! Aku juga anak kalian jadi kalau ada sifat aku yang jelek ya berarti itulah sifat kalian. Karena kalian adalah cerminan anak-anak kalian!
Aku ingin kebebasan, ketenangan dan kasih sayang… sedikit terlintas untuk pergi, pergi untuk selamanya. Dan beberapa pertanyaan muncul dipikiran.
Apa yang mereka lakukan kalau aku sudah tidak ada?
Apa yang terjadi kalau aku sudah tidak ada?
Apakah mereka merasakan kehilangan?
Apakah mereka… akan sadar bahwa selama ini ada aku disamping mereka? Dikehidupan mereka?
“Wajah senyumku tak berartikan kebahagiaan.”